Proyeksi Miring I
Pada proyeksi miring, pada dasarnya
perbandingan antar sumbunya baik x, y maupun z, mempunyai perbandingan
yang sama dengan proyeksi dimetri, hanya saja yang berbeda adalah besar
sudut α = 0 derajat dan besar sudut β = 45 derajat.
Perhatikan contoh dibawah ini, perubahan
proyeksi dimetri dengan sudut α = 7 derajat dan sudut β = 40 derajat
menjadi proyeksi miring dengan sudut α = 0 derajat dan sudut β = 45
derajat.
Proyeksi Dimetri menjadi Proyeksi Miring I
Proyeksi Miring II
Pada prinsipnya, proyeksi miring
merupakan suatu proyeksi yang sejajar, akan tetapi garis proyeksinya
berkedudukan miring terhadap bidang proyeksinya. Untuk proyeksi miring
lain, berikut ini adalah besar sudut α dan β tetadap garis horisontal
dan perbandingan panjang garis tiap-tiap sumbu x, y dan z.
Tabel Proyeksi Miring II
Proyeksi Miring II
Proyeksi Aksonometri
Proyeksi aksonometri merupakan sebuah
pandangan pencerminan dari garis proyeksi benda. Kedudukan garis
proyeksi terhadap bidang proyeksinya adalah tegak lurus. Proyeksi ini
lebih cocok digunakan untuk menggambarkan suatu bentuk bangunan baik
sebagian, detail maupun keseluruhan. Proyeksi aksonometri merupakan
proyeksi sejajar, ini karena garis sejajar objek tetap diproyeksikan
sejajar. Proyeksi ini disebut juga proyeksi miring dimana bentuk dan
ukurannnya sebanding dengan benda aslinya. Sedangkan kelemahan dari
proyeksi ini adalah bagian depan obyek lebih kecil dari bagian
belakangnya atau sering disebut sebagai distorsi.
Tabel Proyeksi Aksonometri
Proyeksi Aksonometri