A. Las listrik
Kita
dapat mendefinisikan bahwa las listrik adalah menyambung dua atau lebih
komponen. Pengelasan merupakan salah satu bagian yang tidak terpisah
dari proses manufaktur. Proses manufaktur lainnya yang terkenal adalah
antara lain proses pengecoran (metal casting),pembentukan (Metal
Forming), permesinan (Machinging), dan metalurgi serbuk ( Metal
Forming). Produk dengan bentuk-bentuk yang rumit dan berukuran besar
dapat dibuat dengan teknik pengecoran. Produk-produk seperti pipa, pelat
dan lembaran, baja-baja konstruksi dibuat dengan dimensi yang ketat dan
teliti dapat dibuat dengan pemesinan. Bagaimana dengan proses
pengelasan? Proses pengelasan yang pada prinsipnya adalah menyambungkan
dua atau lebih komponen, lebih tepat ditujukan untuk merakit (assembly)
beberapa komponen menjadi suatu bentuk mesin. Komponen yang dirakit
mungkin saja berasal dari hasil pengecoran, pembentukan atau pemesinan,
baik dari logam yang sama maupun berbeda-beda.
Gambar1. Skema definisi proses pengelasan
Pengelasan
(welding) adalah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara
mencairkan sebagian logam induk dengan atau tanpa tekanan dan dengan
atau logam tambahan dan menghasilkan sambungan yang kontinu. Dapat juga
didefinisikan sebagai ikatan metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik
menarik antar atom (Zainun Achmad, 1999). Dari definisi tersebut
terdapat 4 hal untuk menjelaskan definisi pengelasan yaitu mencairkan
sebagian logam, logam pengisi, tekanan dan sambungan kontinu.
1. Kegunaan Pengelasan
Menurut
Maman Suratman & Onan Juhana (1999), pada awal pengembangan
teknologi las, pengelasan hanya dipergunakan untuk sambungan-sambungan
permanen dan reparasi-reparasi yang kurang penting. Tetapi setelah
melewati pengalaman praktik yang cukup lama , maka sekarang ini
penggunaan teknologi las dapat menjangjau pada hampir semua pekerjaan
yang menggunakan bahan baku logam.
Dengan
proses pengelasan dapat diperoleh sambungan yang lebih kuat dan lebih
ringan dibanding dengan keling, disamping itu proses pembuatannya lebih
sederhana.
Adapun jenis konstruksinya antara lain :
1. Konstruksi Baja
Bangunan tinggi, jembatan, kerangka konstruksi
2. Konstruksi Ketel dan Tangki
Pada
konstruksi ini sambungan las memungkinkan pelat diasmbung temu, (butt
joint) dan kekuatan dari kampuh las 70 – 100 % dibandingkan dengan
sambungan paku keling yang hanya 60 – 87 % dari kekuatan pelat.
3. Konstruksi Mesin
Terutama untuk komponen kecil atau bila diperlukan konstruksi ringan atau waktu pemasangan yang singkat. Untuk komponen yang diproduksi sedikit, tanpa terikat model harga dan waktu pesan akan berkurang. Terutama pada produksi transmisi, kotak pelindung, tuas, roda gigi dan sebagainya.
2. Peralatan Las Listrik
1. Mesin Las
Dalam proses pengelasan mesin las yang dipakai bermacam-macam, tapi ditinjau dari jenis arus yang keluar, mesin las dapat dibedakan menjadi:
a. Mesin las Arus Bolak-balik (AC)
Pesawat ini banyak dipakai karena biaya operasinya yang rendah di
samping harganya murah juga transformator las yang berkapasitas 200 –
500 ampere.
b. Mesin las Arus Searah (DC)
Pesawat las arus searah ini dapat berupa pesawat transformator
rectifier, pembangkit listrik motor diesel atau motor bensin, maupun
pesawat pembangkit listrik yang digerakkan oleh motor listrik.
c. Mesin las Arus Bolak-balik (AC) dan Masin las Arus Searah (DC)
Pesawat ini merupakan gabungan dari pesawat las arus bolak-balik dan
arus searah. Dengan pesawat ini akan lebih banyak kemungkinan
pemakaiannya karena arus yang keluar dapat dapat searah maupun arus
bolak-balik. Pesawat las jenis ini misalnya transformator-rectifier
maupun pembangkit tenaga listrik diesel.
Mesin
las yang sering dipakai dalam bengkel adalah mesin las arus
bolak-balik, maka untuk memakai mesin las ini maka kita membutuhkan arus
listrik dari PLN, karena kita ketahui bahwa alran listrik dari
tiang-tiang PLN adalah arus AC (110 volt – 220 volt). Pada mesin las AC
kabel massa dan kabel elektroda dapat dipertukarkan tanpa mepengaruhi
peubahan panas yang timbul pada busur nyala.
Gambar 2. Mesin las arus bolak balik (Daryanto, 2002)
Menurut
Hery Sonawan (2003), daya listrik dari suatu mesin las diperlukan untuk
memulai dan menjaga operasi pengelasan busur listrik. Daya listrik
dihasilkan dari suatu mesin las yang mengalirkan arus dan beda potensial
tetentu di antara dua elektroda. Tegangan las bervariasi mulai dari 10
volt hingga 60 volt dan besar arus las dari 3 ampere hingga 700 ampere.
Kadang-kadang terjadi tegangan atau arus yang lebih besar atau lebih
kecil dari harga-harga itu. Power suplay yang dipergunakan dalam
pengelasan busur listrik dibagi dua yaitu mesin las berkarakteristik
statik mesin las berkarakteristik dinamik. Dalam mempelajari mesin las
dikenal istilah lain yang tidak kalah pentingnya yaitu DUTY CYCLE yang
merupakan perbandingan antara waktu pembusuran dan waktu total sebesar
10 menit.
2. Trafo
Trafo merupakan kelengkapan mesin las AC. Kapasitas trafo biasanya 200 sampai 500 Ampere. Sedangkan tegangan yang keluar dari trafo antara 36 sampai 70 volt.
3. Penyearah Arus
Penyearah arus atau rectifier berfungsi untuk merubah arus AC. Penyearah
arus merupakan kelengkapan dari mesin las DC. Dengan menggunakan
rectifier diperoleh beberapa keuntungan di samping kerugiannya.
- Keuntungannya :
a). Kebisingan rendah
b). Setiap tipe elektroda dapat digunakan pada mesin DC
c). Murah pemeliharaannya
d). Busur nyala listriknya terang
e). Mesin las dapat dirubah ke arus bolak-balik atau ke arus searah
- Kerugiannya :
a). Harganya mahal
b). Relatif besar dan berat
c). Daya tiup busur listrik lebih kuat
4. Alat Alat Bantu Las
a. Kabel Las
Menurut
maman Suratman (2001), inti kabel penghantar ini biasanya terbuat dari
tembaga yang dipintal, dibungkus dengan isolator, dan diberi penguat
agar tidak mudah patah atau terkelupas. Kabel ini
harus lentur, tidak kaku, agar tidak mengganggu operator saat bekerja.
Kabel ini terbagi atas dua bagian pokok yakni kabel primer dan kabel
sekunder, artinya kabel primer adalah kabel yang menghubungkan sumber
tenaga dengan mesin las sedangkan kabel sekunder adalah kabel elektroda
dan kabel massa.
Gambar 3. Kabel las
b. Tang Elektroda
c. Klem Massa
Klem
massa digunakan untuk menghubungkan kabel massa ke benda kerja, agar
arus lisrik dapat mengali dengan baik maka klem massa biasanya dibuat
dari bahan penghantar yang baik misalnya tembaga, juga dilengkapi dengan
pegas yang kuat agar klem dapat menjepit benda kerja dengan kuat (Hery
Sonawan, 2003).
d.
Tang
elektroda digunakan untuk menjepit elektoda las. Alat ini terdiri atas
mulut penjepit dan pegangan yang dibungkus penyekat (Maman Suratman,
2001).
Gambar 4. Tang elektroda (Hery Sonawan, 2003)
Gambar 5. Klem massa
e. Palu Las dan Sikat Kawat
Menurut
Maman Suratman (2001), untuk membersihkan terak dan percikan las pada
benda kerja, berguna juga untuk membersihkan benda kerja sebelum
pengelasan.
Gambar 6. Palu dan sikat kawat (Hery Sonawan, 2003)
f. Tang Penjepit
Selama
dilakukan pengelasan benda kerja tentu mengalami pemanasan maka setelah
benda kerja dilas jangan dipegang dengan tangan tetapi ambillah dengan
menggunakan penjepit benda kerja.
Gambar 7. Tang penjepit (Maman Suratman, 2001)
g. Topeng atau Helm Las
Alat
ini digunakan untuk melindungi mata dan kepala dari sinar ultra violet,
infra merah, gas, percikan api yang timbul saat pengelasan. Jendela
kaca dari topeng atau helm las ini terdiri atas tiga lapisa kaca, kaca
berwarna diapit oleh dua kaca bening (Hery Sonawan, 2003).
Gambar 8. Topeng las
h. Kaca Mata Pengaman
Untuk melindungi mata operator saat membersihkan benda kerja sebelum dan sesudah pengelasan (Maman Suratman, 2001).
Gambar 9. Kaca mata pengaman
i. Alat Bantu Pengerjaan Kampuh Las
Setelah mengelas, kemudian kampuh las dibersihkan dengan menggunakan alat-alat seperti pada gambar berikut :
Gambar 10. Alat bantu pengerjaan kampuh las
j. Pakaian Kerja
Pakaian
las digunakan untuk melindungi tubuh operator yang tidak dapat
ditangkal dengan alat keselamatan lain. Yang termasuk pakaian las tediri
dari sarung tangan dari kulit, baju las (Apron) dan sepatu las (Maman
Suratman, 2001).
Gambar 11. Pakaian las
k. Kamar Las
Kamar
las penting agar orang yang ada disekitarnya tidak tergannggu oleh
cahaya las. Tabir-tabirnya terbuat dari bahan tahan api. Agar gas
pengelasan mudah keluar, maka sebuah kamar las harus dilengkapi sistem
ventilasi yang baik. Di dalam kamar las meja las juga harus terbuat dari
bahan tahan api.
Gambar 12. Kamar las (Surbakti dkk, 1984)
5. Elektroda
Elektroda
yang digunakan pada las busur manual adalah jenis elektroda yang
terbungkus (berselaput) fluks. Pada waktu pengelasan selaput elaktroda
ini akan turut mencari dan menghasilkan gas CO2 yang melindungi cairan las, busur listrik dan sebagian benda kerja terhadap udara luar. Udara luar yang mengandung O2 dan N2
dapat mempengaruhi sifat mekanik dari logam las. Cairan selaput yang
disebut terak yang terapung dan membeku melapisi permukaan yang masih
panas.
Gambar 13. Elektroda
Ukuran
standar diameter kawat inti dari 1,5 – 7 mm dengan panjang antara 350 –
450 mm. Sebagian bahan fluks dari elektroda ini antara lain : selulosa,
kalsium karbonat (CaCO3), titanium dioksida (rutil), kaolin,
kalsium oksida, mangan, oksida besi, serbuk besi, besi silikon, besi
mangan dan sebagainya. Dengan prosentase yang berbeda untuk setiap
elektroda.
1. Klasifikasi elektroda
Menurut
standar AWS/ASTM (American Welding Society/American Society for Testing
Material), semua jenis elektroda ditandai dengan huruf E disertai
dengan 4 atau 5 angka.
Contoh :
Pada elektroda Philips berseri AWS tertulis E6013 artinya :
E = Elektroda las listrik
60 = kekuatan tarik minimum dari deposit las adalah 60.000 ib/m2 atau 42 kg/m2
1 = dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi
3 = jenis selaput Rutil potsium sumber tegangan/arus AC, DCSP, DCRP. Daya tembus lemah dan kadar serbuk besi 0 – 10%
2. Karateristik macam-macam elektroda menurut standar AWS
Elektroda baja lunak
Terdapat
beberapa jenis elektroda baja lunak. Yang membedakan antara jenis yang
satu dengan jenis lainnya hanyalah pada jenis bahan selaputnya,
sedangkan kawat intinya sama. Beberapa jenis yang termasuk elektroda
baja lunak adalah sebagai berikut :
1) E 6010 dan E 6011
Elektroda ini adalah jenis elektroda dengan selaput selulosa yang dapat dipakai untuk pengelasan dengan penembusan yang dalam.
2) E 6012 dan E 6013
Kedua
elektroda ini termasuk jenis selaput rutil yang dapat menghasilkan
penembusan sedang. Keduanya dapat dipakai untuk pengelasan segala
posisi, tetapi kebanyakan jenis E 6013 sangat baik untuk posisi
pengelasan tegak arah ke bawah. Jenis E 6013 yang mengandung lebih
banyak kalium memudahkan pemakaian pada voltase mesin rendah. Elektroda dengan diameter kecil kebanyakan dipakai untuk pengelasan pelat tipis.
3) E 6020
Elektroda jenis ini dapat menghasilkan penembusan las sedang
dan teraknya mudah dilepas dari lapisan las. Selaput elektroda terutama
mengandung oksida besi dan mangan.
4) Elektroda dengan selaput serbuk besi
Selaput elektroda jenis E 6027 , E 7014, E 7016, E 7024 dan E
7025 mengandung serbuk besi untuk meningkatkan efesiensi pengelasan.
Umumnya selaput elektroda akan lebih tebal dengan bertambahnya
persentase serbuk besi. Dengan adanya serbuk besi dan bertambah tebalnya
selaput memerlukan arus yang lebih besar.
5) Elektroda hidrogen rendah
Selaput elektroda jenis ini mengandung hidrogen yang rendah
(kurang dari 0,5%), sehingga deposit las juga dapat bebas dari
perositas. Elektroda ini dipakai untuk pengelasan yang memerlukan mutu
tinggi, bebas perositas, misalnya untuk pengelasan bejana dan pipa yang
akan mengalami tekanan.
Jenis-jenis elektroda hidrogen rendah misalnya E 7015, E 7016 dan E 7018.
Elektroda
las tidak hanya merupakan kawat logam tetapi atau diselimuti oleh
fluks. Fluks yang dibuat menyelimuti kawat las memiliki beberapa fungsi,
diantaranya:
a. Penghasil gas CO2 yang berasal dari pembakaran fluks yang berfungsi melindungi busur listrik dan kubangan logam las dari lingkungan atmosfir.
b. Deoxidiser (mengikat gas O2 yang ikut terlarut dalam cairan logam
c. Pembentuk terak/slag, yang melindungi logam beku dari oksidasi dan membantu membentuk manik las.
d. Unsur-unsur paduan, yang memberikan perbaikan sifat tertentu pada logam las.
e. Unsur-unsur pembentuk ion-ion, yang memuat busur listrik lebih stabil dan mampu beroperasi dengan penggunaan arus AC.
f. Meningkatkan produktifitas pengelasan.
3. Arus Listrik Pada Pengelasan
a) Menentukan Besarnya Arus Listrik
Arus
listrik yang digunakan dalam pengelasan harus sesuai dengan ukuran
diameter elektroda. Tiap elktroda mempunyai amperase minimum dan
maksimum. Tetapi dala prakteknya dipilih atau ditentukan amperase
pertengahan (Maman Suratman, 2001).
Diameter elektroda dalam
|
Tipe elektroda
| ||||||
mm
|
in
|
E 6010
|
E 6014
|
E 7018
|
E 7024
|
E 7027
|
E 7028
|
2,5
|
3/32
|
-
|
80 -125
|
70 - 100
|
100 -145
|
-
|
-
|
3,2
|
1/8
|
80 -120
|
110 - 160
|
115 - 165
|
140 - 190
|
125 -185
|
140 - 190
|
4
|
5/32
|
120 - 160
|
150 - 220
|
115 - 165
|
180 - 250
|
160 - 240
|
180 - 250
|
5
|
3/16
|
150 - 200
|
200 - 275
|
200 - 275
|
230 - 305
|
210 - 300
|
230 - 305
|
5,5
|
7/32
|
-
|
260 - 340
|
260 - 340
|
275 - 265
|
250 - 350
|
275 - 365
|
6,3
|
1/4
|
-
|
330 - 415
|
315 - 400
|
335 - 430
|
300 - 420
|
335 - 430
|
8
|
5/16
|
-
|
390 - 500
|
375 - 470
|
-
|
-
|
-
|
Tabel 2. Amperase
b)Menentukan Besarnya Arus Listrik
a. Bila arus terlalu rendah, akan menyebabkan:
1) Penyalaan busur listrik sukar dan busur listrik yang terjadi tidak stabil
2) Teralalu banyak tumpukan logam las karena panas yang terjadi tidak mampu melelehkan elektroda dan bahandasar dengan baik
3) Penembusan kurang baik
4) Pinggiran-pinggiran dingin
Gambar 14. Arus terlalu rendah
b. Bila arus terlalu tinggi, maka elektroda akan mencair terlalu cepat dan menghasilkan:
1) Permukaan las yang lebih lebar dan datar
2) Perembesan yang terlalu dalam
3) Terjadi parit-parit sepanjang jalur las
Gambar 15. Arus terlalu tinggi
c) Menyalakan Busur Listrik
Ada dua metode yang mungkin dapat dilaksanakan yaitu,
a. Penggoresan (ccratching),
b. Pengetukan (tapping).
a. Dengan Cara Menggoreskan
Metode penggoresan biasanya disukai oleh pemula karena relatif lebih muda. Cara ini serupa dengan menggoreskan batang korek api.
Gambar 16. Meyalakan busur dengan menggoreskan
b. Dengan Cara Mengetuk Atau Menyentuhkan
Dengan
metode pengetukan, ujung elektroda disentuhkan sesaat kemudiaan
menariknya kembali. Panjang busur biasanya ditentukan sama dengan
diameter elektroda yang dipakai. Metode ini lebih sulit tapi banyak
disukai oleh juru las berpengalamaan karena tidak merusak permukan benda
kerja, salah sau kesulitannya yang mugkin timbul adalah ujung elektroda
menempel pada permukaan benda kerja.
Gambar 17. Meyalakan busur dengan pengetukan
d)Mematikan Busur Listrik
Untuk memutuskan atau mematikan lengkung listrik las dari benda kerja dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
- Cara pertama:
Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit kemudian ditarik keluar.
- Cara kedua:
Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas denga mengayunkan kekiri.
Cara pertama Cara kedua
Gambar 18. Cara mematikan busur listrik
e)Pengaruh Jarak Busur Pada Hasil Las
Jarak Busur (L) yang normal adalah kurang lebih sama dengan diameter (D) elektroda.
a. Bila jarak busur tepat (L=D), maka cairan elektroda akan mengalr dan mengendap dengan baik, dan hasilnya:
1. rigi-rigi las yang halus dan baik
2. tembusan las baik
3. perpaduan dengan bahan dasar baik
4. percikan teraknya halus
b. Bila
jarak busur terlalu besar (L>D), maka akan timbul bagian-bagian
yangberbentuk bola cairan elektroda, hasil pengelasan yaitu:
1. rigi-rigi las kasar
2. tembusan las dangkal
3. percikan teraknya kasar dan keluar dari jalur las
c. Bila
busur las terlalu pendek, akan sukar memeliharanya, bila terjadi
pembekuan ujung elektroda pada pengelasan dan menghasilkajn hasil las:
1. rigi-rigi las tidak merata
2. tembusan las tidak baik
3. jalur las terlalu kcil
4. percikan teraknya kasar dan berbentuk bola.
L = D L< D
L > D
Gambar 19. Pengaruh jarak busur pada hasil las
f) Posisi pengelasan
Posisi pengelasan ada empat macam yaitu (Maman Suratman, 2001):
i. Posisi bawah tangan (lihat w dan h)
ii. Posisi Mendatar (lihat d)
iii. Posisi Tegak (lihat s dan f)
iv. Posisi Atas Kepala (lihat u)
Gambar 20. Posisi-posisi pengelasan
g) Pengaruh Kecepatan Elektroda Pada Hasil Las
Untuk
menghasilkan rigi-rigi las yang rata dan halus, kecepatan tangan
menarik atau mendorong elektroda waktu mengelas harus stabil (Maman
Suratman, 2001).
Apabila elektroda digerakkan:
a. Tepat dan stabil, menghasilkan daerah perpaduan dengah bahan dasar perembesan las yang baik
b. Terlalu cepat, menghasilkan perembesan las dangkal karena pemansan bahan dasar kurang dan cairan elektroda kurang menembus bahan dasar.
c. Terlalu lambat menghasilkan jalur yang lebar dan menimbulkan kerusakan sisi las terutama bila bahan dasar yang dilas tipis.
Gerakan Elektroda Terlalu Tepat Gerakan Elektroda Yang Terlalu Cepat
Gerakan Elektroda Terlalu Lambat
Gambar 21. Pengaruh gerakan elektroda
h) Gerakan Elektroda
Ada dua macam gerakan elektroda pada saat pengelasan, yaitu:
1.) Gerakan arah turun sepanjang sumbu elektroda.
Gerakan ini dilakukan untuk mengatur jarak busur listrik agar tetap pada posisinya.
Gambar 22. Gerakan arah turun elektroda
2.) Gerakan ayunan elektroda
Gerakan
ini diperlukan untuk mengatur lebar jalur las yang dikehendaki. Ayunan
keatas menghasilkan jalur las yang lebar. Penembusan las pada ayunan
keatas lebih dangkal dari pada ayunan ke bawah.
Ayunan ke atas Ayunan ke bawah
Gambar 23. Ayunan elektroda
i) Beberapa bentuk ayunan las
Gambar berikut memperlihatkan bentuk ayunan las, tiap tanda titiki
menyatakan bahwa gerakan elektroda memerlukan penghentian (berhenti)
sebentar, untuk memberi kesempatan pada cairan las untuk mengisi celah
sambungan.
Gambar 24. Beberapa bentuk ayunan las (Maman Suratman, 2001)
j) Bentuk-bentuk Kampuh Persiapan Las
Sambungan-sambungan las tertentu memerlukan persiapan khusus dengan cara digerinda, dipahat dan dikikir.
Gambar 25. Bentuk-bentuk kampuh sambungan las
B. Las Asetilin
a. Pegertian Las Asetilin
Las
Asetilin (Las Karbit) adalah cara pengelasan dengan menggunakan nyala
api yang didapat dari pembakaran asetilin dan oksidasi (sat sam).
Seperti halnyacara pengelasan lain, las asetilin digunakan nuntuyk
menyanbung dua bagian logam secara permanent. Dalam penyambungan dua
buah logam dapat dilakukan tanpa bahan pengisi atau dengan tambahan
bahan pengisi. Selain digunakan untuk menyambung dan menyolder, las
asetilin dipakai juga untuk pemotongan logam. Untuk pengelasan digunakan
pembakar dan untuk memotong logam digunakan pembakar pemotong.
b. Peralatan Las Asetilin
Adapun alat-alat utama las asetilin adalah sebagai berikut :
1. Botol gas asetilin dan botol oksigen.
Botol
gas asetilin terbuat dari baja yang berisi gas asetilin yang telah
dimanfatkan dengan volume 40 liter Dan tekanan hingga 15 bar.
Botol
oksigen juga terbuat dari baja yang berisi gas oksigen yang telah
dimanfatkan dengan tekanan gas sampai 151 bar. Di atas botol oksigen
dipasang sebuah keran yang dilengkapi dengan sumbat pengaman. Bila
tekanan gas dalam botol naik karena pengaruh panas, maka sumbat akan
pecah dan gas kelebihan akan keluar. Gas oksigen yang dapat diisikan
pada botol tersebut sebanyak 74,5 m3 dengan kadar gas oksigen murni 99,5 %.
Gambar 26. Botol asetilin dan botol oksigen
2. Generator asetilin
Gas asetilin dapat dibuat secara sederhana dengan cara mencampur karbit di tambah air dengan rumus kimia CaC2 + 2H2O C2H2
+ Ca (OH) + kalor. Pencampuran ini dilakukan dalam sebuah tabung yang
disebut generator asetilin. Bagian-bagian utama dari generator asetilin
adalah ruang karbit dan dapur gas, ruang air, ruang gas asetilin, kunci
air, alat pmbersih gas, alat pengaman bila kelebihan gas.
Gambar 27. Generator asetilin.
3. Regulator
Regulator
berfungsi untuk mengatur tekanan isi menjadi tekanan kerja yang tetap
besarnya. Pada regulator terdapat dua manometer yaitu manometer tekanan
isi dan manometer tekanan kerja. Yang dimaksud tekanan isi adalah
tekanan gas yang berada dalam botol. Sedangkan yang dimaksud tekanan
kerja adalah tekanan yang dibutuhkan pada waktu melakukan pekerjaan las.
Ada dua jenis regulator antara lain :
1. Regulator satu tingkat
2. Regulator dua tingkat
Gambar 28. Regulator
4. Pembakar (torch)
Fungsi
pembakar pada las asetilin adalah untuk mencampur oksigen dan gas
asetilin yang jumlah isinya hampir sama. Pada pembakar dapat dipasang
berbagai ukuran ujung pembakar, untuk memperoleh nyalah api yang sesuai
dengan tebal benda kerja yang akan di las atau dipotong. Pembakar
berhubungan dengan dua selang yaitu selang untuk gas asetilin dan selang
untuk gas oksigen. Ruang pencampur dan keran pengisi berfungsi untuk
mengatur banyaknya oksigen dan asetilin yang digunakan. Dikenal dua
jenis pembakar yaitu pembakar tekanan rendah dan pembakar tekanan rata.
Gambar 29. Pembakar
5. Selang Las
Selang berfungsi untuk menyalurkan gas dari botol gas atau regulator ke pembakar. Selang
ini harus tahan tekanan tinggi tetapi lemas atau tidak kaku. Selang gas
biasanya berwarna hitam atau hijau. Pada ujung-ujung selang terdapat
pula mur pengatur dengan ulir kiri. Fungsi mur pengatur pada kedua
selang tersebut adalah untuk mengikat regulator dan mengikat pembakar.
Untuk
menjaga kekeliruan saat pengikatandengan regulator dan pembaklar maka
baut dan mur pengikat dibedakan satu sama lain, begitu juga bentuk
nipelnya dibuat berbeda.
c. Peralatan Bantu dan Bahan Las Asetilin
Beberapa alat bantu dan bahan tambahan dalam las asetilin adalah sebagai berikut :
1. Korek api las
Korek
api las digunakan untuk menyalakan gas, karena tangan kita posisinya
terlalu dekat dengan ujung pembakar sehingga sangat mudah terjilat api.
Untuk itu menyalakan gas ini biasanya digunakan korek api las.
2. Kaca mata las
Kaca
mata las sangat penting digunakan pada saat mengelas, unuk melindungi
mata dari sinar ultra violet, logam cair dan percikan api.
3. Pakaian kerja
Pakaian kerja harus dapat melindungi badan kita dari percikan logam cair atua bunga api.
4. Alat pengerjaan kampuh las
Untuk pengerjaan kampuh las diperlukan alat-alat seperti : palu, kikir, gergaji tangan dan lain-lain.
5. Kawat las
Kawat
las digunakan untuk bahan pengisi untuk menambah kekuatan las. Jenis
bahan kawat yang dipkai harus sesuai dengan logam yang akan dilas.
6. Fluks
Fluks
adalah bahan kimia berbentuk serbuk atom pasta dan ada juga yang
dibalutkan pada kawat las. Fluks sangat diperlukan untuk mengelas
bahan-bahan seperti paduan perak, paduan tembaga, baja tahan karat dan
bahan non fero lainnya.
d. Nyala Api las
Ada tiga nyala api las asetilin yaitu nyala api netral, nyala api karburasi dan nyala api oksidasi. Ketiganya berbeda satu dengan yang lainnya karena berbeda perbandu\ingan banyaknya gas asetilin dan oksigen.
1. Nyala api netral
Nyala api netral adalah yang paling sering digunakan untuk
mengelas. Nyala api ini merupakan hasil pembakaran gas asetilin dan
oksigen dengan perbandingan 1:1. Nyala api netral berwarna biru dan
merupakan inti nyala api yang keluar dari ujung pembakar.
2. Nyala api karburasi
Nyala api karburasi adalah nyala api kelebihan gas asetilin.
Kelebihan gas asetilin ini menyebabkan nyala api berwarna putih tetapi
intinya berwarna biru sepertyi nyala api netral. Nyala api karburasi biasa digunakan pada proses pelapisan keras permukaan.
3. Nyala api oksidasi
Nyala api oksidasi adalah nyala api yang kelebihan gas oksigen. Oksigen
yang kelebihan ini akan terbakar di luar nyala inti. Nyala inti api
oksidasi lebih pendek dan bersuhu lebih tinggi dari pada nyala api
netral dan nyala apikarburtasi. Nyala api kiarburasi digunakan untuk mengelas logam tembaga, kuningan perunggu dan las pateri.