Wednesday 21 March 2012

Las listrik

A.      Las listrik
Kita dapat mendefinisikan bahwa las listrik adalah menyambung dua atau lebih komponen. Pengelasan merupakan salah satu bagian yang tidak terpisah dari proses manufaktur. Proses manufaktur lainnya yang terkenal adalah antara lain proses pengecoran (metal casting),pembentukan (Metal Forming), permesinan (Machinging), dan metalurgi serbuk ( Metal Forming). Produk dengan bentuk-bentuk yang rumit dan berukuran besar dapat dibuat dengan teknik pengecoran. Produk-produk seperti pipa, pelat dan lembaran, baja-baja konstruksi dibuat dengan dimensi yang ketat dan teliti dapat dibuat dengan pemesinan. Bagaimana dengan proses pengelasan? Proses pengelasan yang pada prinsipnya adalah menyambungkan dua atau lebih komponen, lebih tepat ditujukan untuk merakit (assembly) beberapa komponen menjadi suatu bentuk mesin. Komponen yang dirakit mungkin saja berasal dari hasil pengecoran, pembentukan atau pemesinan, baik dari logam yang sama maupun berbeda-beda.



Gambar1. Skema definisi proses pengelasan
Pengelasan (welding) adalah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau logam tambahan dan menghasilkan sambungan yang kontinu. Dapat juga didefinisikan sebagai ikatan metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antar atom (Zainun Achmad, 1999). Dari definisi tersebut terdapat 4 hal untuk menjelaskan definisi pengelasan yaitu mencairkan sebagian logam, logam pengisi, tekanan dan sambungan kontinu.

1.  Kegunaan Pengelasan
Menurut Maman Suratman & Onan Juhana (1999), pada awal pengembangan teknologi las, pengelasan hanya dipergunakan untuk sambungan-sambungan permanen dan reparasi-reparasi yang kurang penting. Tetapi setelah melewati pengalaman praktik yang cukup lama , maka sekarang ini penggunaan teknologi las dapat menjangjau pada hampir semua pekerjaan yang menggunakan bahan baku logam.
Dengan proses pengelasan dapat diperoleh sambungan yang lebih kuat dan lebih ringan dibanding dengan keling, disamping itu proses pembuatannya lebih sederhana.
Adapun jenis konstruksinya antara lain :
1.    Konstruksi Baja
             Bangunan tinggi, jembatan, kerangka konstruksi
2.    Konstruksi Ketel dan Tangki        
             Pada konstruksi ini sambungan las memungkinkan pelat diasmbung temu, (butt joint) dan kekuatan dari kampuh las 70 – 100 % dibandingkan dengan sambungan paku keling yang hanya 60 – 87 % dari kekuatan pelat.
3.    Konstruksi Mesin  
             Terutama untuk komponen kecil atau bila diperlukan konstruksi ringan atau waktu pemasangan yang singkat. Untuk komponen yang diproduksi sedikit, tanpa terikat model harga  dan waktu pesan akan berkurang. Terutama pada produksi transmisi, kotak pelindung, tuas, roda gigi dan sebagainya.
2.  Peralatan Las Listrik
1.    Mesin Las
Dalam proses pengelasan mesin las yang dipakai bermacam-macam, tapi ditinjau dari jenis arus yang keluar, mesin las dapat dibedakan menjadi:
a.    Mesin las Arus Bolak-balik (AC)
     Pesawat ini banyak dipakai karena biaya operasinya yang rendah di samping harganya murah juga transformator las yang berkapasitas 200 – 500 ampere.
b.    Mesin las Arus Searah (DC)
     Pesawat las arus searah ini dapat berupa pesawat transformator rectifier, pembangkit listrik motor diesel atau motor bensin, maupun pesawat pembangkit listrik yang digerakkan oleh motor listrik.
c.    Mesin las Arus Bolak-balik (AC) dan Masin las Arus Searah (DC)
     Pesawat ini merupakan gabungan dari pesawat las arus bolak-balik dan arus searah. Dengan pesawat ini akan lebih banyak kemungkinan pemakaiannya karena arus yang keluar dapat dapat searah maupun arus bolak-balik. Pesawat las jenis ini misalnya transformator-rectifier maupun pembangkit tenaga listrik diesel.
Mesin las yang sering dipakai dalam bengkel adalah mesin las arus bolak-balik, maka untuk memakai mesin las ini maka kita membutuhkan arus listrik dari PLN, karena kita ketahui bahwa alran listrik dari tiang-tiang PLN adalah arus AC (110 volt – 220 volt). Pada mesin las AC kabel massa dan kabel elektroda dapat dipertukarkan tanpa mepengaruhi peubahan panas yang timbul pada busur nyala.






Gambar 2. Mesin las arus bolak balik (Daryanto, 2002)

Menurut Hery Sonawan (2003), daya listrik dari suatu mesin las diperlukan untuk memulai dan menjaga operasi pengelasan busur listrik. Daya listrik dihasilkan dari suatu mesin las yang mengalirkan arus dan beda potensial tetentu di antara dua elektroda. Tegangan las bervariasi mulai dari 10 volt hingga 60 volt dan besar arus las dari 3 ampere hingga 700 ampere. Kadang-kadang terjadi tegangan atau arus yang lebih besar atau lebih kecil dari harga-harga itu. Power suplay yang dipergunakan dalam pengelasan busur listrik dibagi dua yaitu mesin las berkarakteristik statik mesin las berkarakteristik dinamik. Dalam mempelajari mesin las dikenal istilah lain yang tidak kalah pentingnya yaitu DUTY CYCLE yang merupakan perbandingan antara waktu pembusuran dan waktu total sebesar 10 menit.

2.    Trafo
Trafo merupakan kelengkapan mesin las AC. Kapasitas trafo biasanya 200 sampai 500 Ampere. Sedangkan tegangan yang keluar dari trafo antara 36 sampai 70 volt.



3.    Penyearah Arus
Penyearah arus atau rectifier berfungsi untuk merubah arus AC. Penyearah arus merupakan kelengkapan dari mesin las DC. Dengan menggunakan rectifier diperoleh beberapa keuntungan di samping kerugiannya.
- Keuntungannya :
a). Kebisingan rendah
b). Setiap tipe elektroda dapat digunakan pada mesin DC
c). Murah pemeliharaannya 
d).   Busur nyala listriknya terang
e). Mesin las dapat dirubah ke arus bolak-balik atau ke arus searah
- Kerugiannya  :
a). Harganya mahal
b). Relatif besar dan berat
c). Daya tiup busur listrik lebih kuat
4.    Alat Alat Bantu Las
a.    Kabel Las
   Menurut maman Suratman (2001), inti kabel penghantar ini biasanya terbuat dari tembaga yang dipintal, dibungkus dengan isolator, dan diberi penguat agar tidak mudah patah atau terkelupas. Kabel ini harus lentur, tidak kaku, agar tidak mengganggu operator saat bekerja. Kabel ini terbagi atas dua bagian pokok yakni kabel primer dan kabel sekunder, artinya kabel primer adalah kabel yang menghubungkan sumber tenaga dengan mesin las sedangkan kabel sekunder adalah kabel elektroda dan kabel massa.






Gambar 3. Kabel las

b.    Tang Elektroda
c.    Klem Massa
   Klem massa digunakan untuk menghubungkan kabel massa ke benda kerja, agar arus lisrik dapat mengali dengan baik maka klem massa biasanya dibuat dari bahan penghantar yang baik misalnya tembaga, juga dilengkapi dengan pegas yang kuat agar klem dapat menjepit benda kerja dengan kuat (Hery Sonawan, 2003).
d.    
Tang elektroda digunakan untuk menjepit elektoda las. Alat ini terdiri atas mulut penjepit dan pegangan yang dibungkus penyekat (Maman Suratman, 2001).




Gambar 4. Tang elektroda (Hery Sonawan, 2003)



Gambar 5. Klem massa
e.    Palu Las dan Sikat Kawat
Menurut Maman Suratman (2001), untuk membersihkan terak dan percikan las pada benda kerja, berguna juga untuk membersihkan benda kerja sebelum pengelasan.





Gambar 6. Palu dan sikat kawat (Hery Sonawan, 2003) 



f.     Tang Penjepit
Selama dilakukan pengelasan benda kerja tentu mengalami pemanasan maka setelah benda kerja dilas jangan dipegang dengan tangan tetapi ambillah dengan menggunakan penjepit benda kerja.  


Gambar 7. Tang penjepit (Maman Suratman, 2001)
g.    Topeng atau Helm Las
   Alat ini digunakan untuk melindungi mata dan kepala dari sinar ultra violet, infra merah, gas, percikan api yang timbul saat pengelasan. Jendela kaca dari topeng atau helm las ini terdiri atas tiga lapisa kaca, kaca berwarna diapit oleh dua kaca bening (Hery Sonawan, 2003).




Gambar 8. Topeng las
h.    Kaca Mata Pengaman
   Untuk melindungi mata operator saat membersihkan benda kerja sebelum dan sesudah pengelasan (Maman Suratman, 2001).


Gambar 9. Kaca mata pengaman
i.      Alat Bantu Pengerjaan Kampuh Las
   Setelah mengelas, kemudian kampuh las dibersihkan dengan menggunakan alat-alat seperti pada gambar berikut :




Gambar 10. Alat bantu pengerjaan kampuh las
j.      Pakaian Kerja
Pakaian las digunakan untuk melindungi tubuh operator yang tidak dapat ditangkal dengan alat keselamatan lain. Yang termasuk pakaian las tediri dari sarung tangan dari kulit, baju las (Apron) dan sepatu las (Maman Suratman, 2001). 








Gambar 11. Pakaian las
k.    Kamar Las
   Kamar las penting agar orang yang ada disekitarnya tidak tergannggu oleh cahaya las. Tabir-tabirnya terbuat dari bahan tahan api. Agar gas pengelasan mudah keluar, maka sebuah kamar las harus dilengkapi sistem ventilasi yang baik. Di dalam kamar las meja las juga harus terbuat dari bahan tahan api.






Gambar 12. Kamar las (Surbakti dkk, 1984)
5.    Elektroda 
Elektroda yang digunakan pada las busur manual adalah jenis elektroda yang terbungkus (berselaput) fluks. Pada waktu pengelasan selaput elaktroda ini akan turut mencari dan menghasilkan gas CO2 yang melindungi cairan las, busur listrik dan sebagian benda kerja terhadap udara luar. Udara luar yang mengandung O2 dan N2 dapat mempengaruhi sifat mekanik dari logam las. Cairan selaput yang disebut terak yang terapung dan membeku melapisi permukaan yang masih panas.


Gambar 13. Elektroda
Ukuran standar diameter kawat inti dari 1,5 – 7 mm dengan panjang antara 350 – 450 mm. Sebagian bahan fluks dari elektroda ini antara lain : selulosa, kalsium karbonat (CaCO3), titanium dioksida (rutil), kaolin, kalsium oksida, mangan, oksida besi, serbuk besi, besi silikon, besi mangan dan sebagainya. Dengan prosentase yang berbeda untuk setiap elektroda.
1.  Klasifikasi elektroda
Menurut standar AWS/ASTM (American Welding Society/American Society for Testing Material), semua jenis elektroda ditandai dengan huruf E disertai dengan 4 atau 5 angka.
Contoh  :
Pada elektroda Philips berseri AWS tertulis E6013 artinya :
E     =     Elektroda las listrik
60   =     kekuatan tarik minimum dari deposit las adalah 60.000 ib/m2 atau 42 kg/m2
1     =     dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi
3     =     jenis selaput Rutil potsium sumber tegangan/arus AC, DCSP, DCRP. Daya tembus lemah dan kadar serbuk besi 0 – 10%
2. Karateristik macam-macam elektroda menurut standar AWS
Elektroda baja lunak
Terdapat beberapa jenis elektroda baja lunak. Yang membedakan antara jenis yang satu dengan jenis lainnya hanyalah pada jenis bahan selaputnya, sedangkan kawat intinya sama. Beberapa jenis yang termasuk elektroda baja lunak adalah sebagai berikut  :
1)        E 6010 dan E 6011
               Elektroda ini adalah jenis elektroda dengan selaput selulosa yang dapat dipakai untuk pengelasan dengan penembusan yang dalam.

2)    E 6012 dan E 6013
               Kedua elektroda ini termasuk jenis selaput rutil yang dapat menghasilkan penembusan sedang. Keduanya dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi, tetapi kebanyakan jenis E 6013 sangat baik untuk posisi pengelasan tegak arah ke bawah. Jenis E 6013 yang mengandung lebih banyak kalium memudahkan pemakaian pada voltase mesin rendah. Elektroda dengan diameter kecil kebanyakan dipakai untuk pengelasan pelat tipis.
3)    E 6020
               Elektroda jenis ini dapat menghasilkan penembusan las sedang dan teraknya mudah dilepas dari lapisan las. Selaput elektroda terutama mengandung oksida besi dan mangan.
4)    Elektroda dengan selaput serbuk besi
               Selaput elektroda jenis E 6027 , E 7014, E 7016, E 7024 dan E 7025 mengandung serbuk besi untuk meningkatkan efesiensi pengelasan. Umumnya selaput elektroda akan lebih tebal dengan bertambahnya persentase serbuk besi. Dengan adanya serbuk besi dan bertambah tebalnya selaput memerlukan arus yang lebih besar.
5)    Elektroda hidrogen rendah
               Selaput elektroda jenis ini mengandung hidrogen yang rendah (kurang dari 0,5%), sehingga deposit las juga dapat bebas dari perositas. Elektroda ini dipakai untuk pengelasan yang memerlukan mutu tinggi, bebas perositas, misalnya untuk pengelasan bejana dan pipa yang akan mengalami tekanan.
Jenis-jenis elektroda hidrogen rendah misalnya E 7015, E 7016 dan E 7018.
Elektroda las tidak hanya merupakan kawat logam tetapi atau diselimuti oleh fluks. Fluks yang dibuat menyelimuti kawat las memiliki beberapa fungsi, diantaranya:
a.    Penghasil gas CO2 yang berasal dari pembakaran fluks yang berfungsi melindungi busur listrik dan kubangan logam las dari lingkungan atmosfir.
b.    Deoxidiser (mengikat gas O2­ yang ikut terlarut dalam cairan logam
c.    Pembentuk terak/slag, yang melindungi logam beku dari oksidasi dan membantu membentuk manik las.
d.   Unsur-unsur paduan, yang memberikan perbaikan sifat tertentu pada logam las.
e.    Unsur-unsur pembentuk ion-ion, yang memuat busur listrik lebih stabil dan mampu beroperasi dengan penggunaan arus AC.
f.     Meningkatkan produktifitas pengelasan.

3.  Arus Listrik Pada Pengelasan
a) Menentukan Besarnya Arus Listrik
Arus listrik yang digunakan dalam pengelasan harus sesuai dengan ukuran diameter elektroda. Tiap elktroda mempunyai amperase minimum dan maksimum. Tetapi dala prakteknya dipilih atau ditentukan amperase pertengahan (Maman Suratman, 2001).
Diameter elektroda dalam
Tipe elektroda
mm
in
E 6010
E 6014
E 7018
E 7024
E 7027
E 7028
2,5
3/32
-
80 -125
70 - 100
100 -145
-
-
3,2
1/8
80 -120
110 - 160
115 - 165
140 - 190
125 -185
140 - 190
4
5/32
120 - 160
150 - 220
115 - 165
180 - 250
160 - 240
180 - 250
5
3/16
150 - 200
200 - 275
200 - 275
230 - 305
210 - 300
230 - 305
5,5
7/32
-
260 - 340
260 - 340
275 - 265
250 - 350
275 - 365
6,3
1/4
-
330 - 415
315 - 400
335 - 430
300 - 420
335 - 430
8
5/16
-
390 - 500
375 - 470
-
-
-

Tabel 2. Amperase
b)Menentukan Besarnya Arus Listrik
a.    Bila arus terlalu rendah, akan menyebabkan:
1)    Penyalaan busur listrik sukar dan busur listrik yang terjadi tidak stabil
2)    Teralalu banyak tumpukan logam las karena panas yang terjadi tidak mampu melelehkan elektroda dan bahandasar dengan baik
3)    Penembusan kurang baik
4)    Pinggiran-pinggiran dingin





Gambar 14. Arus terlalu rendah
b.    Bila arus terlalu tinggi, maka elektroda  akan mencair terlalu cepat dan menghasilkan:
1)    Permukaan las yang lebih lebar dan datar
2)    Perembesan yang terlalu dalam
3)    Terjadi parit-parit sepanjang jalur las



Gambar 15. Arus terlalu tinggi
c) Menyalakan Busur Listrik
Ada dua metode yang mungkin dapat dilaksanakan yaitu,
a.       Penggoresan (ccratching),
b.      Pengetukan (tapping).
a.    Dengan Cara Menggoreskan
          Metode penggoresan biasanya disukai oleh pemula karena relatif lebih muda. Cara ini serupa dengan menggoreskan batang korek api.




Gambar 16.  Meyalakan busur dengan menggoreskan
b.  Dengan Cara Mengetuk Atau Menyentuhkan 
Dengan metode pengetukan, ujung elektroda disentuhkan sesaat kemudiaan menariknya kembali. Panjang busur biasanya ditentukan sama dengan diameter elektroda yang dipakai. Metode ini lebih sulit tapi banyak disukai oleh juru las berpengalamaan karena tidak merusak permukan benda kerja, salah sau kesulitannya yang mugkin timbul adalah ujung elektroda menempel pada permukaan benda kerja.





Gambar 17. Meyalakan busur dengan pengetukan
d)Mematikan Busur Listrik
Untuk memutuskan atau mematikan lengkung listrik las dari benda kerja dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
-          Cara pertama:
Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit kemudian ditarik keluar.
-          Cara kedua:
Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas denga mengayunkan kekiri.
                     


      Cara pertama                                                     Cara kedua
Gambar 18. Cara mematikan busur listrik
e)Pengaruh Jarak Busur Pada Hasil Las
Jarak Busur (L) yang normal adalah kurang lebih sama dengan diameter (D) elektroda.
a.  Bila jarak busur tepat (L=D), maka cairan elektroda akan mengalr dan mengendap dengan baik, dan hasilnya:
1.    rigi-rigi las yang halus dan baik
2.    tembusan las baik
3.    perpaduan dengan bahan dasar baik
4.    percikan teraknya halus
b.    Bila jarak busur terlalu besar (L>D), maka akan timbul bagian-bagian yangberbentuk bola cairan elektroda, hasil pengelasan yaitu:
1.    rigi-rigi las kasar
2.    tembusan las dangkal
3.    percikan teraknya kasar dan keluar dari jalur las
c.    Bila busur las terlalu pendek, akan sukar memeliharanya, bila terjadi pembekuan ujung elektroda pada pengelasan dan menghasilkajn hasil las:
1.    rigi-rigi las tidak merata
2.    tembusan las tidak baik
3.    jalur las terlalu kcil
4.    percikan teraknya kasar dan berbentuk bola.



L = D                                                              L< D

                       

L > D
Gambar 19. Pengaruh jarak busur pada hasil las
f)    Posisi pengelasan
Posisi pengelasan ada empat macam yaitu (Maman Suratman, 2001):
i.     Posisi bawah tangan (lihat w dan h)
                           ii.          Posisi Mendatar (lihat d)
                         iii.          Posisi Tegak (lihat s dan f)
                         iv.          Posisi Atas Kepala (lihat u)





Gambar 20. Posisi-posisi pengelasan
g) Pengaruh Kecepatan Elektroda Pada Hasil Las
Untuk menghasilkan rigi-rigi las yang rata dan halus, kecepatan tangan menarik atau mendorong elektroda waktu mengelas harus stabil (Maman Suratman, 2001).
Apabila elektroda digerakkan:
a.         Tepat dan stabil, menghasilkan daerah perpaduan dengah bahan dasar perembesan las yang baik
b.        Terlalu cepat, menghasilkan perembesan las dangkal karena pemansan bahan dasar kurang dan cairan elektroda kurang menembus bahan dasar. 
c.         Terlalu lambat menghasilkan jalur yang lebar dan menimbulkan kerusakan sisi las terutama bila bahan dasar yang dilas tipis.



Gerakan Elektroda Terlalu Tepat            Gerakan Elektroda Yang Terlalu Cepat



Gerakan Elektroda Terlalu Lambat
Gambar 21. Pengaruh gerakan elektroda
h) Gerakan Elektroda
Ada dua macam gerakan elektroda pada saat pengelasan, yaitu:
1.)   Gerakan arah turun sepanjang sumbu elektroda.
   Gerakan ini dilakukan untuk mengatur jarak busur listrik agar tetap pada posisinya.



Gambar 22. Gerakan arah turun elektroda



2.)   Gerakan ayunan elektroda
Gerakan ini diperlukan untuk mengatur lebar jalur las yang dikehendaki. Ayunan keatas menghasilkan jalur las yang lebar. Penembusan las pada ayunan keatas lebih dangkal dari pada ayunan ke bawah.





Ayunan ke atas                       Ayunan ke bawah         
Gambar 23. Ayunan elektroda
i) Beberapa bentuk ayunan las
          Gambar berikut memperlihatkan bentuk ayunan las, tiap tanda titiki menyatakan bahwa gerakan elektroda memerlukan penghentian (berhenti) sebentar, untuk memberi kesempatan pada cairan las untuk mengisi celah sambungan.





Gambar 24. Beberapa bentuk ayunan las (Maman Suratman, 2001) 
j) Bentuk-bentuk Kampuh Persiapan Las
          Sambungan-sambungan las tertentu memerlukan persiapan khusus dengan cara digerinda, dipahat dan dikikir.






Gambar 25. Bentuk-bentuk kampuh sambungan las
B.   Las Asetilin
a.  Pegertian Las Asetilin
Las Asetilin (Las Karbit) adalah cara pengelasan dengan menggunakan nyala api yang didapat dari pembakaran asetilin dan oksidasi (sat sam). Seperti halnyacara pengelasan lain, las asetilin digunakan nuntuyk menyanbung dua bagian logam secara permanent. Dalam penyambungan dua buah logam dapat dilakukan tanpa bahan pengisi atau dengan tambahan bahan pengisi. Selain  digunakan untuk menyambung dan menyolder, las asetilin dipakai juga untuk pemotongan logam. Untuk pengelasan digunakan pembakar dan untuk memotong logam digunakan pembakar pemotong.
b. Peralatan  Las Asetilin
Adapun alat-alat utama las asetilin adalah sebagai berikut :  
1. Botol gas asetilin dan botol oksigen.
Botol gas asetilin terbuat dari baja yang berisi gas asetilin yang telah dimanfatkan dengan volume 40 liter Dan tekanan hingga 15 bar.
Botol oksigen juga terbuat dari baja yang berisi gas oksigen yang telah dimanfatkan dengan tekanan gas sampai 151 bar. Di atas botol oksigen dipasang sebuah keran yang dilengkapi dengan sumbat pengaman. Bila tekanan gas dalam botol naik karena pengaruh panas, maka sumbat akan pecah dan gas kelebihan akan keluar. Gas oksigen yang dapat diisikan pada botol tersebut sebanyak 74,5 m3 dengan kadar gas oksigen murni 99,5 %.           









Gambar 26. Botol asetilin dan botol oksigen


2.  Generator asetilin
Gas asetilin dapat dibuat secara sederhana dengan cara mencampur karbit di tambah air dengan rumus kimia CaC2 + 2H2O       C2H2 +  Ca (OH) + kalor. Pencampuran ini dilakukan dalam sebuah tabung yang disebut generator asetilin. Bagian-bagian utama dari generator asetilin adalah ruang karbit dan dapur gas, ruang air, ruang gas asetilin, kunci air, alat pmbersih gas, alat pengaman bila kelebihan gas.





Gambar 27. Generator asetilin.
3.  Regulator
Regulator berfungsi untuk mengatur tekanan isi menjadi tekanan kerja  yang tetap besarnya. Pada regulator terdapat dua manometer yaitu manometer tekanan isi dan manometer tekanan kerja. Yang dimaksud tekanan isi adalah tekanan gas yang berada dalam botol. Sedangkan yang dimaksud tekanan kerja adalah tekanan yang dibutuhkan pada waktu melakukan pekerjaan las. Ada dua jenis regulator antara lain :
1. Regulator satu tingkat
2. Regulator dua tingkat





Gambar 28. Regulator
4.  Pembakar (torch)
Fungsi pembakar pada las asetilin adalah untuk mencampur oksigen dan gas   asetilin yang jumlah isinya hampir sama. Pada pembakar dapat dipasang berbagai ukuran ujung pembakar, untuk memperoleh nyalah api yang sesuai dengan tebal benda kerja yang akan di las atau dipotong. Pembakar berhubungan dengan dua selang yaitu selang untuk gas asetilin dan selang untuk gas oksigen. Ruang pencampur dan keran pengisi berfungsi untuk mengatur banyaknya oksigen dan asetilin yang digunakan. Dikenal dua jenis pembakar yaitu pembakar tekanan rendah dan pembakar tekanan rata.




Gambar 29. Pembakar
5. Selang Las
Selang berfungsi untuk menyalurkan gas dari botol gas atau regulator ke pembakar. Selang ini harus tahan tekanan tinggi tetapi lemas atau tidak kaku. Selang gas biasanya berwarna hitam atau hijau. Pada ujung-ujung selang terdapat pula mur pengatur dengan ulir kiri. Fungsi mur pengatur   pada kedua selang tersebut adalah untuk mengikat regulator dan mengikat pembakar.
Untuk menjaga kekeliruan saat pengikatandengan regulator dan pembaklar maka baut dan mur pengikat dibedakan satu sama lain, begitu juga bentuk nipelnya dibuat berbeda.
c.  Peralatan Bantu dan Bahan Las Asetilin
      Beberapa alat bantu dan bahan tambahan dalam las asetilin adalah sebagai berikut :
1. Korek api las
            Korek api las digunakan untuk menyalakan gas, karena tangan kita posisinya terlalu dekat dengan ujung pembakar sehingga sangat mudah terjilat api. Untuk itu menyalakan gas ini biasanya digunakan korek api las.
2. Kaca mata las
             Kaca mata las sangat penting digunakan pada saat mengelas, unuk melindungi mata dari sinar ultra violet, logam cair dan percikan api.
3. Pakaian kerja
             Pakaian kerja harus dapat melindungi badan kita dari percikan logam cair atua bunga api.

4. Alat pengerjaan kampuh las
             Untuk pengerjaan kampuh las diperlukan alat-alat seperti : palu, kikir, gergaji tangan dan lain-lain.
5. Kawat las
            Kawat las digunakan untuk bahan pengisi untuk menambah kekuatan las. Jenis bahan kawat yang dipkai harus sesuai dengan logam yang akan dilas.
6. Fluks
             Fluks adalah bahan kimia berbentuk serbuk atom pasta dan ada juga yang dibalutkan pada kawat las. Fluks sangat diperlukan untuk mengelas bahan-bahan seperti paduan perak, paduan tembaga, baja tahan karat dan bahan non fero lainnya.
d.  Nyala Api las
Ada tiga nyala api las asetilin yaitu nyala api netral, nyala api karburasi dan nyala api oksidasi. Ketiganya berbeda satu dengan yang lainnya karena berbeda perbandu\ingan banyaknya gas asetilin dan oksigen.
1. Nyala api netral
               Nyala api netral adalah yang paling sering digunakan untuk mengelas. Nyala api ini merupakan hasil pembakaran gas asetilin dan oksigen dengan perbandingan 1:1. Nyala api netral berwarna biru dan merupakan inti nyala api yang keluar dari ujung pembakar.
2. Nyala api karburasi
            Nyala api karburasi adalah nyala api kelebihan gas asetilin. Kelebihan gas asetilin ini menyebabkan nyala api berwarna putih tetapi intinya berwarna biru sepertyi nyala api netral. Nyala api karburasi biasa digunakan pada proses pelapisan keras permukaan.
3. Nyala api oksidasi
             Nyala api oksidasi adalah nyala api yang kelebihan gas oksigen. Oksigen yang kelebihan ini akan terbakar di luar nyala inti. Nyala inti api oksidasi lebih pendek dan bersuhu lebih tinggi dari pada nyala api netral dan nyala apikarburtasi. Nyala api kiarburasi digunakan untuk mengelas logam tembaga, kuningan perunggu dan las pateri.


Daftar Isi:

0 Comments
Tweets
Komentar

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost Coupons